my profile

Rabu, 21 November 2012

makalah AIDS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Penyakit kelamin Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh rotrovirus HIV yang sistem kekbalan/ pertahan tubuh sehingga menyebabkan kerusakan yang parah dan sejauh ini belum diketahui obatnya.
Upaya pencegahan penularan AIDS melalui hubungan seksual memerlukan pendidikan dan penyuluhan intensif dan ditunjukan untuk mengubah perilaku seksual masyarakat tertentu sedemikian rupa sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV. Untuk menunjang keberhasilan upaya pencegahan tersebut terutam pada ank remaja atau SLTA, maka sebaiknya informasi yang benar mengenai AIDS diberikan kepada mereka. Depkes telah dianggap dalam hal ini dengan memberikan informasi yang benar mengenai AIDS, baik melaui media cetak maupun media lainnya masyarakat umum. Sedangkan untuk menanggulangi AIDS dari unsur host, Agen, dan Enfirenment, pemutusan transmisi tidak bisa dilakukan pada host karena belum danya vaksin dan juga pada agen belum ada obat penangkalnya. Satu – satunya jalan adalah dengan mengubah environtment , yaitu dengan mengubah perilaku seksual. Kelompok seksual aktif (15 – 45 tahun) yang merupakan kelompok terbesar pengidap HIV. Selama seksual aktif tersebut, norma–norma mayarakat mengatur tingkah laku seksual, man yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Lebih dari 60 juta orang dalam 20 tahun terakhir terinfeksi Human Imunodeficiency Virus (HIV). Dari jumlah itu, 20 juta orang meninggal karena Acquired Immune Dificiency Syndrome (AIDS). Gallo dan Montagnier (2003) : Mengemukakan bahwa sindroma acquired immunodeficiency ini dikenal pertama kali tahun 1987 pada sekelompok penderita yang mengalami gangguan pada imunitas seluler dan menderita infeksi Pneumocystis carini. Steinbrook dkk (2004) : pada tahun 2003 jumlah penderita AIDS diperkirakan 40 juta dengan tambahan 5 juta kasus baru pertahun serta angka kematian yang berhubungan dengan HIV-AIDS sekitar 3 juta jiwa pertahun. Centre for Disease Control and Preventions (2002b) memperkirakan bahwa di US pada tahun 2001 terdapat 1.3 – 1.4 juta pasien yang terinfeksi oleh HIV dan lebih dari 500.000 juta diantaranya meninggal dunia.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimagsud dengan AIDS?
2.      Bagaimana patofisiologi AIDS?
3.      Bagaimana tanda dan gejala AIDS?
4.      Bagaimana cara penatalaksanaan AIDS?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui arti AIDS
2.      Mengetahui patofisiologi AIDS
3.      Mengetahui tanda dan gejala AIDS.
4.      Mengetahui penatalaksanaan AIDS












BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AIDS
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan Immune : Sistem kekebalan tubuh Deficiency : Kekurangan Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir ). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ). AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention ).
Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan V4gina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupunral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

B.     PATOFISIOLOGI AIDS
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
PATHWAY AIDS.png




C.     TANDA DAN GEJALA

Gejala Dan Tanda Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
1.      Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
2.      Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala.
Diketahui oleh pemeriksa, kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3.      Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.

D.    PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1.      Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan  pasangan yang tidak terinfeksi.
2.       Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
3.      Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4.      Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
 Mencegah infeksi ke janin / bayi baru lahir.
5.      Diagnosis penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan melalui pemeriksaan serologic dengan metode ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) dan Western Born
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
1.      Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2.      Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <3> 500 mm3
3.      Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : – Didanosine – Ribavirin – Diedoxycytidine – Recombinant CD 4 dapat larut
4.      Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5.      Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
6.      Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan V4gina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Gejala Dan Tanda Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV)

B.     SARAN
            Disarankan kepada para pembaca untuk mencari literature yang lebih banyak guna memperbanyak pengetahuan, karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan





 
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP – SP. Jakarta

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC

http://www.americanpregnancy.org



Minggu, 04 November 2012

DOKUMENTASI KEPERAWATAN TERKOMPUTERISASI


BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR  BELAKANG
Dokumentasi keperawatan merupakan tindakan mencatat setiap data yang didapat oleh perawat dalam sebuah dokumen yang sisitematis. Proses mencatat tidak hanya menulis data pada format yang tersedia. Dokumentasi keperawatan menitikberatkan pada proses dan hasil pencatatan (Potter & Perry, 1997). Hal tersebut berarti bahwa mulai dari proses mencatat sampai mempertahankan kualitas catatan harus diperhatikan, karena dokumen keperawatan memegang peranan yang sangat penting.
Kelengkapan dan keakuratan data mejadi sebuah kebutuhan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Gapko Dawn (1999)  mengatakan bahwa perawat sangat jarang untuk menulis segala yang dilakukan dan didapatkan baik dari pengkajian, evaluasi maupun dan tindakan kolaborasi dengan dokter. Lebih lanjut Gapko Dawn mengatakan bahwa penyebab rendahnya mutu dokumentasi keperawatan diantaranya factor staf keperawatan yang malas mencatat, tingginya sensus yang harus dilakukan, mencatat membutuhkan waktu yang lama.
Pencatatan yang banyak dan memakan waktu kerja perawat membuat perawat merasa prustasi sehingga banyak terjadi ketidakakuratan data dalam dokumentasi keperawatan (Cowden & Johnson, 2003). Lebih lanjut Cowden & Johnson menemukan bahwa pencatatan dengan format kertas banyak ditemukan data yang eror artinya data tersebut tidak valid dan membingungkan. Data demikian menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi, prosedur dan kualitas pelayanan kesehatan menjadi kurang baik.  Barker KN, Flynn EA, Pepper GA, Bates DW, & Mikeal RL.  (2002) menemukan bahwa pencatatan dengan menggunakan kertas terjadi kesalahan pemberian obat sebesar 19% -28%, informasi pasien tidak tidak berkesinambungan dan perawat tidak dapat mengukuti system instruksi  secara akurat untuk mempertahankan kontinyuitas asuhan keperawatan.
Guna mengurangi keselahan seperti di atas, informasi teknologi sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Word processing, e-mail system informasi kesehatan pasien sangat dibutuhkan dalam pelayanan professional khususnya pelayanan keperawatan (Hobbs, 2002) .Dalam makalah ini akan dibahas tentang aplikasi dokumentasi keperawatan berbasis computer.


B.        RUMUSAN MASALAH
Dalam melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang pentingnya informasi teknologi dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan keperawatan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu membahas tentang aplikasi dokumentasi keperawatan berbasis komputer.

C.       TUJUAN
1. Menjelaskan aplikasi komputerisasi dalam dokumentasi keperawatan
2. Memberikan contoh dokumentasi keperawatan
3. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dokumentasi keperawatan terkomputerisasi
























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sistem Komputerisasi dalam Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Potter & Perry, 1997). Dokumentasi yang baik tidak hanya mencerminkan kualitas keperawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim keperawatan dalam memberikan asuhan.
Penggunaan computer dalam dokumentasi keperawatan diperkenalkan pada akhir tahun  1960-an dan awal tahun 1970-an (Turpin, 2005). Dalam dokumen keperawatan melalui system computer meliputi system pembayaran, dischare planning, dan access data dari profesi lain seperti dokter, farmasi, radiologi dan lainnya. Perkembangan teknologi mampu meningkatkan kualitas pencatatan melalui computer. Penggunaan perangkat lunak sebagai media dalam melakukan dokumentasi sangat beragam. Pada intinya perangkat lunak  tersebut menyediakan layanan berkesinambungan informasi dari berbagai profesi kesehatan yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Informasi tersebut dapat dibaca oleh masing-masing profesi sehingga dapat meningkatkan system kolaborasi antar profesi.
Dokumentasi keperawatan melalui computer yaitu pencatatan yang dilakukan oleh perawatan dengan menggunakan perangkat computer. Perangkat tersebut tentunya sudah disediakan perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan. Pemasukan data dilakukan setiap saat sehingga perkembangan data pasien dapat terekam secarak kontinyu dan komprehensif. Alpay & Russell (2002).   Program perangkat lunak memungkinkan perawat untuk dengan cepat memasukan data pengkajian spesifik dan informasi lainnya secara otomatis.

B.     Contoh dokumentasi keperawatan

Kemajuan teknologi informasi telah meresap dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam pencatatan medis. Pencatatan real-time entry dari pasien hemodialisis pada komputer merupakan hal yang ideal dalam dunia keperawatan, namun hingga kini ide tersebut masih terganjal oleh pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana format yang paling sesuai untuk itu, apakah kerahasiaan data pasien akan terjamin, dan masih banyak lagi. Banyak sistem pencatatan data hemodialisis berusaha dikembangkan di seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih efektif dari segi penggunaan waktu. Dengan demikian, pelayanan kesehatan diharapkan akan lebih fokus kepada pemenuhan kebutuhan pasien dibandingkan dengan waktu yang biasa digunakan untuk mencatat data klinis pasien hemodialisis secara manual di atas kertas.
Salah satu sistem pencatatan komputer untuk memenuhi harapan akan peningkatan kualitas pelayanan kepada pasien Hemodialisis  telah dikembangkan oleh Saudi Center for Organ Transplantation. Sistem pencatatan tersebut mencakup data registrasi pasien dialisis, data diagnosa pasien (jenis gagal ginjal, golongan darah, berat badan kering ideal, serologi hepatitis, status pasien, serta jadwal dialisis, isu dalam proses dialisis, pencatatan pre- dan post-dialisis, data intra-dialisis, tanda vital dan parameter dialisis, catatan dokter, investigasi, pengobatan yang dianjurkan, serta rangkuman dialisis secara keseluruhan.
gambar-1.jpg
Gambar 1 : Tampilan Pencatatan Lengkap Pasien Dialisis

gambar-2.jpg
Gambar 2 : Tampilan Rangkuman Pencatatan Pasien Dialisis.

Pengembangan sistem yang dilakukan oleh institusi tersebut tidak hanya memfokuskan pada pengembangan software yang memadai, tetapi juga peningkatan sumber daya manusia yang akan mengimplementasikan sistem tersebut. Pelatihan dilakukan kepada sejumlah staf yang memiliki akses terhadap sistem pencatatan data pasien dialisis tersebut selama 5-7 hari sebelum akses terhadap sistem diijinkan.



C.    keuntungan dan kerugian dokumentasi keperawatan terkomputerisasi

1.      Keuntungan Komputerisasi dalam Dokumentasi Keperawatan
Komputerisasi dalam dokumentasi keperawatan banyak memiliki kelebihan dari pada dengan menggunakan kertas. Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan computer dapat meningkatkan reliabilitas dalam menegakan diagnose keperawatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Delaney, Connie,  Herr, Keela,  Maas, Meridean,  Specht (2000), pada 30 orang perawat di unit pelayanan rehabilitasi, dengan metoda retrospectively examined clinical records. Ditemukan bahwa 23 orang yang merumuskan diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik. Diagnosa tersebut dilengkapi dengan data karateristik sebanyak 52% - 100%, dilengkapi dengan faktor yang berhungan sebanyak 57% - 100%. Hasil ini didukung oleh penelitian Maria, Ian, Odenbreit & Lavin (2007), pada 12 ruang keperawatan di Rumah Sakit Swiss, dengan metoda pretest-posttest experimental design. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa implementasi dari North of America Nursing Diagnosis Association (NANDA), Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC)  dalam sistem komputerisasi dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping  hal tersebut juga terjadi peningkatan kualitas dokumen keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penentuan kriteria hasil yang tepat dan kritis.
Penerapan sistem komputer dalam dokumentasi keperawatan di unit gawat darurat juga sangat efektif dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Penelitian pada perawat di ruang gawat darurat yang difokuskan pada aliran pekerjaan yang tinggi dan mutu dokumentasi keperawatan. Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa penerapan system computer di ruang gawat darurat dapat meningkatkan kecepatan perawat dalam melakukan asuhan dan menurunkan kesalahan dalam pendokumentasian.
(Jennifer & Jane ,2000) menganalisis pengalamannya dalam melakukan pendokumentasian dengan sisitem komputer. Setelah 2 tahun menerapkan system computer dalam melakukan pednokumentasian keperawatan didabat bahwa terjadi peningkatan peningkatan efektifitas dan efisiensi dari dokumentasi, proses monitoring asuhan dan komunikasi dalam melakukan tindakan kolaborasi.

2.      kerugian dokumentasi keperawatan terkomputerisasi
Beberapa permasalahan dari dokumentasi terkomputerisasi adalah sebangai berikut:
a). Keuntungan pencatatan dengan kertas. Lima kelebihan utama pencatatan dengan kertas (Bradley, 1994 cit. Iyer and Champ, 2005): pencatatan kertas sudah dikenal; mudah dibawa dan dapat dibawa ke ruang perawatan pasien; tidak terjadi downtime; fleksibilitas dalam pencatatan data, memudahkan pencatatan data subjektif dan naratif; dapat dicari dan diperiksa dengan cepat. Meskipun demikian, komputer juga cepat dikenal, bisa diletakkan di samping tempat tidur pasien atau tersedia komputer portable, tersedianya software yang dirancang khusus untuk menuliskan teks bebas dan kemudahan mencari data dengan kode tertentu.
b). Masalah keamanan dan kerahasiaan informasi pasien. Perlunya menjaga privasi, kerahasiaan dan keamanan catatan medis pasien yang terkomputerisasi.
Privasi, meliputi hak individu untuk emnetukan kapan, kepda siapa dan seluas apa informasi pribadinya disebarluaskan. Kerahasiaan, meliputi rasa percaya di antara pemberi perawatan kesehatan bahwa informasi yang mereka bagi akan dihormati dan digunakan untuk tujuan tertutup. Keamanan, meliputi perlindungan informasi dari akses yang disengaja maupun tidak disengaja oleh orang yang tidak berwenang, termasuk modifikasi dan perusakan informasi.











BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Dokumentasi keperawatan adalah sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Potter & Perry, 1997). Dokumentasi yang baik tidak hanya mencerminkan kualitas keperawatan tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim keperawatan dalam memberikan asuhan. Dengan pendokumentasian yang baik pengembangan riset keperawatan dapat dikembangkan secara  optimal.  Saat ini pendokumentasian proses keperawatan di Indonesia dengan teknologi informasi masih sangat kurang dan kualitasnya  rendah. Pendokumentasian keperawatan dengan   berbasis teknologi komputer diharapkan akan membantu meningkatkan dokumentasi keperawatan yang  berkulitas dapat dijadikan bukti sebagai pererapan  asuhan yang efisien dan efektif dan dapat meningkatkan kualitaslitas secara optimal. Penggunakan pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi ini harus didukung beberapa hal yang perlu dipersiapkan, mulai struktur, sistem strategi dan SDM. Antara lain  penyediaan hardware dan software komputer itu sendiri,  kemampuan perawat dalam menggunakan teknologi informasi ini juga organisasinya, sistem harus jelas
B.     SARAN
Diperlukan sumber daya keperawatan yang menguasai tekhnologi informasi yang harus disosialisaikan secara menyeluruh. Disamping itu Inovasi pengembangan pelayanan asuhan keperawatan harus  mengikuti kemajuan ilmu dan tekhnologi sehingga masyarakat pengguna pelayanan benar-benar merasakan manfaat dari asuhan yang diberikan.



















REFRENSI
Iyer P dan Camp N: Nursing documentation: a nursing process Approach, ed 3, St. Louis, 1999, Mosby.
Pabst MK et al: The impact of computerized documentation on nurse use of time, Computers in Nursing 14(1):25-30, 1996.