BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Penyakit kelamin
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh rotrovirus HIV yang sistem kekbalan/ pertahan tubuh sehingga
menyebabkan kerusakan yang parah dan sejauh ini belum diketahui obatnya.
Upaya pencegahan
penularan AIDS melalui hubungan seksual memerlukan pendidikan dan penyuluhan
intensif dan ditunjukan untuk mengubah perilaku seksual masyarakat tertentu
sedemikian rupa sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV. Untuk menunjang
keberhasilan upaya pencegahan tersebut terutam pada ank remaja atau SLTA, maka
sebaiknya informasi yang benar mengenai AIDS diberikan kepada mereka. Depkes
telah dianggap dalam hal ini dengan memberikan informasi yang benar mengenai
AIDS, baik melaui media cetak maupun media lainnya masyarakat umum. Sedangkan
untuk menanggulangi AIDS dari unsur host, Agen, dan Enfirenment, pemutusan
transmisi tidak bisa dilakukan pada host karena belum danya vaksin dan juga
pada agen belum ada obat penangkalnya. Satu – satunya jalan adalah dengan
mengubah environtment , yaitu dengan mengubah perilaku seksual. Kelompok
seksual aktif (15 – 45 tahun) yang merupakan kelompok terbesar pengidap HIV.
Selama seksual aktif tersebut, norma–norma mayarakat mengatur tingkah laku
seksual, man yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Lebih dari 60 juta
orang dalam 20 tahun terakhir terinfeksi Human Imunodeficiency Virus (HIV).
Dari jumlah itu, 20 juta orang meninggal karena Acquired Immune Dificiency
Syndrome (AIDS). Gallo dan Montagnier (2003) : Mengemukakan bahwa sindroma
acquired immunodeficiency ini dikenal pertama kali tahun 1987 pada sekelompok
penderita yang mengalami gangguan pada imunitas seluler dan menderita infeksi
Pneumocystis carini. Steinbrook dkk (2004) : pada tahun 2003 jumlah penderita
AIDS diperkirakan 40 juta dengan tambahan 5 juta kasus baru pertahun serta
angka kematian yang berhubungan dengan HIV-AIDS sekitar 3 juta jiwa pertahun.
Centre for Disease Control and Preventions (2002b) memperkirakan bahwa di US
pada tahun 2001 terdapat 1.3 – 1.4 juta pasien yang terinfeksi oleh HIV dan
lebih dari 500.000 juta diantaranya meninggal dunia.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimagsud dengan AIDS?
2. Bagaimana
patofisiologi AIDS?
3. Bagaimana
tanda dan gejala AIDS?
4. Bagaimana
cara penatalaksanaan AIDS?
C. TUJUAN
1. Mengetahui
arti AIDS
2. Mengetahui
patofisiologi AIDS
3. Mengetahui
tanda dan gejala AIDS.
4. Mengetahui
penatalaksanaan AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN AIDS
AIDS atau
Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa
Indonesia dapat dialih katakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit Kerusakan
progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS
) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit
yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit
parah bahkan meninggal. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan
kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar (
bukan dibawa sejak lahir ). AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari
keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency
Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare ). AIDS diartikan sebagai
bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon
imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan
kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention
).
Human Immunodeficiency Virus (atau
disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa)
atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan V4gina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupunral), transfusi darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa
AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit.
AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada
Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada
tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah
paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian
sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000
jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi
di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun
akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS,
umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan
lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada
petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang
hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
B. PATOFISIOLOGI AIDS
Sel T dan makrofag
serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan
sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat
pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun,
maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi
respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah
sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak
memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel
T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah
200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS.
C.
TANDA DAN GEJALA
Gejala Dan Tanda Pasien
AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun)
pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare,
neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan
lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi
AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat
gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii
(PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain
termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal.
1.
Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala
penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit
kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah
ditubuh.
2.
Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala.
Diketahui oleh pemeriksa, kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
Diketahui oleh pemeriksa, kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
3.
Radang kelenjar
getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah
bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
D.
PENATALAKSANAAN
Belum ada penyembuhan
untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan
dengan :
1.
Melakukan
abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
2.
Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan
setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
3.
Menggunakan
pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4.
Tidak bertukar
jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
Mencegah infeksi ke janin / bayi baru lahir.
Mencegah infeksi ke janin / bayi baru lahir.
5.
Diagnosis
penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan melalui pemeriksaan
serologic dengan metode ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) dan Western
Born
Apabila terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :
1.
Pengendalian
Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2.
Terapi AZT
(Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT
tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <3> 500 mm3
3.
Terapi Antiviral
Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah : – Didanosine – Ribavirin – Diedoxycytidine – Recombinant
CD 4 dapat larut
4.
Vaksin dan
Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS.
5.
Pendidikan untuk
menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat, hindari stress,
gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
6.
Menghindari
infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
V4gina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Gejala Dan Tanda Pasien
AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun)
pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,
diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif,
dan lesi oral
Belum ada penyembuhan
untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV)
B.
SARAN
Disarankan kepada para pembaca untuk mencari literature yang lebih banyak
guna memperbanyak pengetahuan, karena penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan
DAFTAR
PUSTAKA
Saifuddin, A. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP – SP. Jakarta
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC
http://www.americanpregnancy.org