KONSEP NYERI DAN KENYAMANAN
KELAS : A5-D
KELOMPOK. II
Disusun oleh:
Adi Sedana. NYM (11.321.1191)
Arcanayasa. NYM (11.321.1199)
Aditya Satya Dharma.GD (11.321.1190)
Budi Wiratama. NYM (11.321.1203)
Gunsur Agustina
Wijaya .PT (11.321.1209)
Mariadana .KDK (11.321.1217)
Wirasika. IMD (11.321.1240)
Sudyatmika
Pariartha .GD (11.321.1234)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latara Belakang
Adapun pembuatan makalah ini untuk
mengetahui sejauh mana rasa nyeri dapat dirasakan oleh penderitanya. Yang mana
seperti yang kita ketahu bahwa pada penduduk indonesia sering kita jumpai atau
kita dengar yang terkena serangan nyeri, ini dikarenakan penduduk indonesia
pada sibuk melakukan aktivitas masing – masing.
Nyeri merupakan problem yang sering
terjdi pada orang yang selalu melakiukan aktivitas, contohnya pada pekerja
industri, pekerja yang melakukan gerakan tubuh,seperti tangan, kaki, dan yang
lainnya secara berulang tanpa istirahat, serta penyakit yang timbul akibat
proses penuaan atau degenerasi. Nyeri sangat menggangu aktivitas seseorang yang
melibatkan gerkan tersebut, sehingga mengalami hambatan dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh
yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai
reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang
bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan
letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu
pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki
sensasi yang berbeda.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Proses terjadinya nyeri dan manifestasi fisiologi
nyeri.
2.
Tipe nyeri.
3.
Respon nyeri.
4.
Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
5.
Askep klien dengan gangguan rasa nyaman.
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui Proses terjadinya nyeri dan manifestasi
fisiologi nyeri.
2.
Mengetahui tipe nyeri.
3.
Mengetahui Respon nyeri.
4.
Mengetahui Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
5.
Memahami askep klien dengan gangguan rasa nyaman.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PROSES
TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI
Pengertian
nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
merupakan pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak,
atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Kerusakan jaringan yang nyata
misalnya terjadi pada nyeri akibat luka operasi. Berpotensi rusak misalnya pada
nyeri dada karena penyakit jantung (Angina Pectoris) dimana timbul nyeri
sebagai pertanda akan terjadi kerusakan atau berpotensi rusak pada otot- otot
jantung bila tidak ditangani secara benar.
Proses
Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf
telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri
dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem
pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan
kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
Serabut
Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan
persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C
menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar,
rasa pegal dan perasaan tidak enak.
Pusat
nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron
traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus
ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini
impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
Manifestasi
fisiologi nyeri
Nyeri
merupakan campuran reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik untuk
memahami pengalaman nyeri , akan membantu menjelaskan tiga komponen fisiologis
berikut, yakni : resepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan
impuls melalui serabut saraf saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai
di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis.terdapat pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga
tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa ahambatan ke kortek serebral, maka
otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman
dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan
nyeri (McNair,1990)
2. TIPE NYERI
1. Berdasarkan sumbernya
a. Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang
mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)
ex: terkena ujung pisau atau gunting
ex: terkena ujung pisau atau gunting
b. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu
nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar
& lbh lama drpd cutaneus
ex: sprain sendi
ex: sprain sendi
c. Visceral (pada organ dalam), stimulasi
reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena
spasme otot, iskemia, regangan jaringan
2. Berdasarkan lokalisasi/letak
a. Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex: cardiac pain)
b. Referred pain
Nyeri dirasakan pd bagian tubuh ttt yg diperkirakan berasal dr jaringan penyebab
Nyeri dirasakan pd bagian tubuh ttt yg diperkirakan berasal dr jaringan penyebab
c. Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna)
d. Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pd bag. Tubuh yg hilang
Sensasi nyeri dirasakan pd bag. Tubuh yg hilang
e. Berdasarkan penyebab:
Fisik
Psycogenic
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
Fisik
Psycogenic
Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
f. Menurut Serangannya
Nyeri akut
Nyeri kronik
Nyeri akut
Nyeri kronik
SKALA KETERANGAN NYERI
10 - Tipe nyeri sangat berat.
10 - Tipe nyeri sangat berat.
7 s/d 9 - Tipe nyeri berat.
4
s/d 6 - Tipe nyeri sedang.
1
s/d 3 - Tipe nyeri ringan.
3.
RESPON NYERI
Ada
beberapa respon yang dialami penderita setelah merasakan sakitnya nyeri :
Responfisiologis
terhadap nyeri
1. Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat,
dan superficial)
a) Dilatasi saluran bronkhial dan
peningkatan respirasi rate
b) Peningkatan heart rate
c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan
BP
d) Peningkatan nilai gula darah
e) Diaphoresis
f) Peningkatan kekuatan otot
g) Dilatasi pupil
h) Penurunan motilitas GI
2. Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)
a) Muka pucat
b) Otot mengeras
c) Penurunan HR dan BP
d) Nafas cepat dan irregular
e) Nausea dan vomitus
f) Kelelahan dan keletihan
Respon
tingkah laku terhadap nyeri
1) Respon perilaku terhadap nyeri dapat
mencakup:
2) Pernyataan verbal (Mengaduh,
Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
3) Ekspresi wajah (Meringis,
Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
4) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi,
Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan
5) Kontak dengan orang lain/interaksi
sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang
perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)
ama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
ama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
4.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI
Nyeri
merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman
seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat penting
dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.
a. Usia
Menurut
Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri
terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan
antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang
dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan
beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak
yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan
secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak
belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak
mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri.
Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam
ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis
dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang
dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari
kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan
pria.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara
individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap
nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).
Nilai-nilai budaya perawat dapat berbeda dengan
nilai-nilai budaya pasien dari budaya lain. Harapan dan nilai-nilai budaya
perawat dapat mencakup menghindari ekspresi nyeri yang berlebihan, seperti
menangis atau meringis yang berlebihan. Pasien dengan latar belakang budaya
yang lain bisa berekspresi secara berbeda, seperti diam seribu bahasa ketimbang
mengekspresikan nyeri klien dan bukan perilaku nyeri karena perilaku berbeda
dari satu pasien ke pasien lain.
Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang
dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan
lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan
harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya
akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih
akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga
efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003).
d. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan
meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset
tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri
juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif
menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan
secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif
untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang
ansietas (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan
nyeri yang dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa
menyakitkan yang akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit
mentoleransi nyeri, akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri
tersebut menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu
tersebut mengetahui ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang
tidak adekuat.
Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat
dari banyak kejadian nyeri selama rentang kehidupannya
f. Efek plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon
terhadap pengobatan atau tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan
tersebut benar benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah
merupakan efek positif.
Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat
meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin
banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin
efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang diberitahu bahwa suatu
medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti akan mengalami
peredaan nyeri dibanding dengan pasien yang diberitahu bahwa medikasi yang
didapatnya tidak mempunyai efek apapun. Hubungan pasien –perawat yang positif
dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo
(Smeltzer & Bare, 2002).
g. Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap
nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam
keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau
melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat
nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting
untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
h. Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani
perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara
terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol
lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek
nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping
individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan
keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk
mensupport klien dan menurunkan nyeri klien.
Sumber koping lebih dari sekitar metode teknik.
Seorang klien mungkin tergantung pada support emosional dari anak-anak, keluarga
atau teman. Meskipun nyeri masih ada tetapi dapat meminimalkan kesendirian.
Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdo’a, memberikan
banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter &
Perry, 1993).
5.
ASKEP
KLIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
PROSES
KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:
Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:
Menetapkan
data dasar
Menegakkan
diagnosa keperawatan yang tepat
Menyeleksi
terapi yang cocok
Mengevaluasi
respon klien terhadap terapi yang diberikan
Perawat
harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Keuntungan pengkajian
nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikasi, dikenali sebagai sesuatu
yang nyata, dapat diukur, dapat djelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi
perawatan.
Hal-hal
yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
1.
Ekspresi klien terhadap nyeri Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan
kondisi ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat harus mempelajari cara verbal dan
nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Klien yang tidak
mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan perhatian khusus ketika
pengkajian.
2.Klasifikasi
pengalaman nyeri Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau
kronik. Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang
karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat menentukan
apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas.
3.Karakteristik
nyeri
a.
Onset dan durasi
Perawat
mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan, seberapa sering nyeri kambuh, dan
apakah munculnya nyeri itu pada waktu yang sama.
b.
Lokasi
Perawat
meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa, menetap atau terasa pada
menyebar
c. Keparahan
c. Keparahan
Perawat
meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang dirasakan. Untuk
memperoleh data ini perawt bias menggunakan alat Bantu, skala ukur. Klien
ditunjukkan skala ukur, kemudian disuruh memilih yang sesuai dengan kondisinya
saat ini yang mana. Skala ukur bis berupa skala numeric, deskriptif, analog
visual. Untuk anak-anak skala yan digunakan adalah skala oucher yang
dikembangkan oleh Beyer dan skala wajah yang diembangkan oleh Wong & Baker.
Pada skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri
untuk anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi
kanan untuk anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan
rasa ketidaknyamanan dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak
pengertian sehingga dapat memahami makna dan keparahan nyeri. Anak bisa diminta
untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan dengan memilih gambar yang ada.
Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan
wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri), kemudian secara
bertahap meningkat sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat).
Skala
nyeri
1.Kualitas
Minta klien menggambarkan nyeri yang dirasakan, biarkan klien mendiskripsikan apa yang dirasakan sesuai dengan kata-katanya sendiri. Perawat boleh memberikan deskripsi pada klien, bila klien tidak mampu menggambarkan nyeri yang dirasakan.
Minta klien menggambarkan nyeri yang dirasakan, biarkan klien mendiskripsikan apa yang dirasakan sesuai dengan kata-katanya sendiri. Perawat boleh memberikan deskripsi pada klien, bila klien tidak mampu menggambarkan nyeri yang dirasakan.
2.Pola
nyeri
Perawat
meminta klien untuk mendiskripsikan ativitas yang menyebabkan nyeri dan meminta
lien untuk mendemontrasikan aktivitas yang bisa menimbulkan nyeri.
3.Cara
mengatasi
Tanyakan
pada klien tindakan yang dilakukan apabila nyerinya muncul dan kaji juga apakah
tindakan yang dilakukan klien itu bisa efektif untuk mengurangi nyeri.
4.Tanda
lain yang menyertai
Kaji
adanya penyerta nyeri, seperti mual, muntah, konstipasi, gelisah, keinginan
untuk miksi dll. Gejala penyerta memerlukan prioritas penanganan yang sama
dengan nyeri itu sendiri.
Diagnosa
Diagnosa
Nyeri
kronik berhubungan dengan proses
keganasan jaringan parut . control nyeri
yang tidak adekuat Cemas berhubungan dengan nyeri yang dirasakan Nyeri akut
berhubungan dengan fraktur panggul Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan nyeri kronik Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
musculoskeletal Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan persepsi terhadap
nyeri Ansietas yang berhubungan dengan nyeri yang tidak hilang. Defisit
perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri musculoskeletal Disfungsi seksual
yang berhubungan dengan nyeri arthritis panggul Gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan nyeri punggung bagian bawah Ketidakberdayaan yang
berhubungan dengan nyeri maligna kronik Nyeri yang berhubungan dengan :
Cedera fisik atau trauma Penurunan suplai
darah ke jaringan Proses melahirkan normal
Perencanaan
1. mengurangi
dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri
2. menggunakan
berbagai tehnik noninvasif untuk memodifikasi nyeri yang dialami
3. menggunakan
cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti memberikan analgesik
sesuai dengan program yang ditentukan.
Implementasi
1. mengurangi
faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya ketidakpercayaan, kesalahpahaman,
ketakutan, kelelahan dan kebosanan.
a. Ketidakpercayaan.
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat mengurangi nyeri.
Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh
perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan pada pasien bahwa
perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.
b. Kesalahpahaman.
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi nyeri. Hal
ini dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa nyeri yang dialami sangat
individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti tentang nyerinya. Ketakutan.
Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien dengan
menganjurkan pasien untuk mengekpresikan bagaimana mereka menangani nyeri. Kelelahan
c. Kelelahan
dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang
dapat memberikan istirahat yang cukup.
d. Kebosanan
dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih
perhatian yang bersifat terapeutik.
2. memodifikasi
stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti : Tehnik latihan
pengalihan
a. menonton televise
b. berbincang-bincang dengan orang lain
c. mendengarkan
music
Tehnik
relaksasi
a. menganjurkan
pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara,
menghembuskan secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi sehingga
didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.
Stimulasi
kulit
a. menggosok
dengan halus pada daerah nyeri
b. mengggosok
punggung
c. menggunakan
air hangat dan dingin
d. memijat
dengan air mengalir.
3. pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna
mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah
narkotika yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi
pada fungsi vital, seperti respirasi, dan jenis bukan narkotika yang paling
banyak dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan
antiinflamasi nonsteroid.
4. pemberian
stimulator listrik , yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri engan
stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik
meliputi:
a. Transcutanius
Elecstrital Stimulator (TENS), digunakan untuk mengendalikan stimulus manual
daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode di luar.
b. Percutaneus
implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat sum-sum tulang
belakang dan epidural yang diimplan di bawah kulit dengan transistor timah
penerima yang dimasukkan ke dalam kulit paa daerah epidural dan columna
vertebrae.
c. Stimulator
collumna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima transistor
dicangkok melalui kantong kulit intraklavicula atau abdomen, yaitu elektroda
ditanam melalui pembedahan pada dorsum sum-sum tulang belakang.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi
terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespons
rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas
nyeri, adanya respons fisiologis yang baik, dan pasien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyeri mempengaruhi proses kenyaman di mana nyeri
dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada seorang individu, karena nyeri merupakan
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadi. Nyeri merupakan campuran
reaksi fisik , emosi , dan perilaku . cara yang baik untuk memahami pengalaman
nyeri , akan membantu menjelaskan tiga komponen fisiologis
B.
SARAN
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah
ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah menyusun
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Potter & Perry.2006. Fundamental Of Nursing,Proses Konsep
dan Praktis,Edisi 4 Volume 2,Jakarta.
Sangat membantu, terima kasih.
BalasHapus