my profile

Jumat, 16 Maret 2012

PENGELOLAAN DAN PEMBERIAN OBAT

           PENGELOLAAN DAN PEMBERIAN OBAT


 



 Nama               : Nyoman Adi Sedana
     Kelas               : A5 D
     NIM                : 11.321.1191




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA PPNI BALI
2012







BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Obat merupakan terapi primer yang berhubungan dengan penyembuhan penyakit.Tidak peduli dimanapun klien menerima pelayanan kesehatan,rumah sakit,klinik,atau di rumah,perawat memegang peranan penting dalam persiapan dan pemberian obat,mengajarkan cara menggunakan obat dan mengevaluasi respons klien terhadap pengobatan.
Pada masa perawatan dan penyembuhan,perawat memegang peranan penting dalam memberikan obat secara tepat waktu kepada klien,serta memastikan klien atau keluarganya telah mengerti dan siap memberikan obat jika klien dipulangkan ke rumah. Di setiap tatanan pelayanan kesehatan,perawat bertanggung jawab mengevaluasi efek obat terhadap kesehatan klien,mangajari klien tentang obat dan efek sampingnya,memastikan kepatuhan terhadap regimen obat,serta mengevaluasi kemampuan klien dalam menggunakan obat sendiri.Pada beberapa kasus,perawat secara langsung mengajarkan dan mengevaluasi anggota keluarga klien yang mampu memberikan obat.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Faktor-faktor  yang  mempengaruhi aksi obat.
2.      Pengolahan pemberian obat-obatan.
3.      Tipe order pemberian obat.
4.      Syarat dan komponen order pengobatan.
5.      Askep dalam pemberian obat.
6.      Beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dan pencegahan.
7.      Cara menghitung dosis obat.

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi aksi obat.
2.      Bisa mengolah pemberiaan obat-obatan.
3.      Mengetahui tipe order pemberian obat.
4.      Mengetahui syarat dan komponen order pengobatan.
5.      Mengerti  askep dalam pemberian obat.
6.      Mengerti beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dan pencegahan.
7.      Mengetahui cara menghitung dosis dosis obat.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Faktor yang Mempengaruhi aksi Obat
Karena beberapa jenis makanan dapat berinteraksi dengan obat yang kita minum, sehingga obat tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Dampak dari obat yang berinteraksi dengan makanan dapat mengakibatkan pada hal kecil sampai dampak yang berbahaya.
Sebenarnya
faktor yang mempengaruhi kerja obat bukan hanya dari makanan saja, tapi beberapa faktor seperti kondisi fisik seseorang, faktor lingkungan, juga dapat berpengaruh pada peningkatan atau penurunan efektifitas dari obat tersebut.Akibat perbedaan cara dan  tipe kerja obat, respon terhadap sangat bervariasi. Faktor selain karakteristik obat juga mempengaruhi kerja obat. Klien mungkin tidak memberi respon yang sama terhadap setiap dosis obat yang diberikan. Begitu juga, obat yang sama dapat menimbulkan respon yang berbeda pada klien yang berbeda.

1.      Perbedaan Genetik
Susunan genetik mempengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolik dalam keluarga sering kali sama. Fakktor genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada untuk membantu penguraian obat. Akibatnya, anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat.

2.      Variabel Fisiologis
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat tertentu. Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama. Variasi diurnal pada sekresi ekstrogen bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang di alami wanita
Usia berdampak langsung pada kerja obat. Bayi tidak memiliki banyak enzim yang diperlukan untuk metabolisme oabt normal. Jumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan mempengaruhi respon terhadap terapi obat. Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan struktur yang mengubah pengaruh obat. Perawat haus berupaya meminimalkan efek obat yang berbahaya yang meningkatkkan kapasitas fungsi yang tersisa pada klien.
Apabila status nutrisi klien buruk, sel tidak dapat berfungsi dengan normal, sehingga biotransformasi tidak berlangsung seperti semua fungsi tubuh, metabolisme obat bergantung pada nutrisi yang adekkuat untuk membentuk enzim dan protein. Kebanyakan obat berikatan dengan protein sebelum didistribusi ke tempat kerja obat.
Setiap penyakit yang merusak fungsi organ yang bertanggung jawab untuk farmakokinetik normal juga dapat merusak kerja obat. Perubahan integritas kulit, penurunan absorpsi atau motilitas saluran cerna, dan kerusakan fungsi ginjal dan hati hanya beberapa kondisi penyakit yang berhubungan dengan kondisi yang dapat mengurangi kemanjuran obat atau membuat kliien berisiko mengalami toksikasi obat.

3.      Kondisi Lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respon hormonal yang pada akkhiirnya mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan mengubah kkecepatan aktivitas enzim.
Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respon terhadap obat. Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca panas, dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek obat.cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasodilator ditambah.
Reaksi suatu obat bervariasi, bergantung pada lingkungan obat itu digunakan. Klien yang dilindungi dalam isolasi dan diberikan analgesik memperoleh efekk peredaan nyeri yang lebih kecil dibandingkan klien yang dirawat di ruang tempat keluarga dapat mengunjungi klien. Contoh lain, jika meminum alkohol sendirian ; efek yang timbul hanya mengantuk. Namun, minum bersama sekelompok teman membuat individu menjadi ceria dan mudah bergaul.

4.      Faktor Psikologis
Sejumlah fator psikologis mempengaruhi penggunaan obat dan respon terhadap obat. Sikap seseorang berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruj keluarga. Melihat orang tua sering menggunakan obat – obatan dapat membuat anak menerima obat sebagai bagian dari kehidupan normalnya.
Makna obat atau signifikasi mengosumsi obat mempengaruhi reaksi klien terapi. Obat dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi rasa tidak nyaman. Pada situasi ini klien bergantung pada obat sebagai media koping dalam kehidupan. Sebaliknya jika klien kesal terhadap kondisi fisik mereka, rasa marah dan sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhhadap obat.
Obat sering kali memberikan rasa aman. Penggunaan secara teratur obat tanpa resep atau obat yang dijual bebas mis. Vitamin, laksatif, dan aspirin membuat beberapa orang merasa mereka dapat mengontrol kesehatannya.
Perilaku perawat saat memberikan obat sangat berdampak secara signifikan pada respon klien terhadap pengobatan. Apabila perawat memberikan kesan bahwa obat dapat membantu, pengobatan kemungkinan akan memberikan efek yang positif. Apabila perawat terllihat kurang peduli saat pasien kurang nyaman, obat yang diberikan terbukti relatif tidak efektif.

5.      Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kkerja obat atau nutrien . contoh, vit. K (terkandung dalam sayur hijau berdaun) merupakan nutrien yang melawan efek warfarin natrium (coumadin), mengurangi efeknya pada mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral mengurangi absorpi vitamin larutan lemak. Klien membutuhkan nutrisi tambahan saat mengkonsumsi obat yang menurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat menjamin efek terapeutik obat.

B.     Pengelolaan PEMBERIAN Obat
Sesuai Kebijaksanaan Obat Nasional (KONAS) sebagai penjabaran aspek obat dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), pembangunan kesehatan di bidang obat mempunyai tujuan antara lain:
1. Tersedianya obat dalam jumlah dan jenis yang mencukupi
2. Pemerataan distribusi serta keterjangkauan obat oleh masyarakat
3. Terjaminnya khasiat, keamanan dan mutu obat yang beredar serta penggunaannya yang rasional
4. Perlindungan bagi masyarakat dari kesalahan dan penyalahgunaan obat
5. Kemandirian di bidang obat

Pengelolaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai beberapa tahapan yaitu:
1. Perencanaan dan pemilihan obat
2. Pengadaan
3. Distribusi dan penyimpanan
4. Penggunaan dan pengawasan

1. Perencanaan dan Pemilihan Obat
Masalah yang sering timbul dalam proses ini adalah:
a.       Jumlah obat tertentu ternyata terlalu banyak dipesan
b.      Jenis obat tertentu tidak pernah digunakan
c.       Kehabisan jenis obat tertentu
d.      Obat yang datang tidak sesuai dengan yang dipesan
e.       Harga obat yang dipesan terlalu mahal
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.
 Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :
a.           Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek
b.           Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien
c.           Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik
d.          Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif
e.           Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan
f.            Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang tepat
g.           Digunakannya obat secara rasional
     

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai empat kegiatan yaitu :
 a.       Perumusan kebutuhan (selection)
b.      Pengadaan (procurement)
c.       Distribusi (distribution)
d.      Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)
      Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini berarti untuk kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan yang lain.
Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a.       Pengelolaan Organisasi
b.      Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan kesinambungan
c.       Pengelolaan informasi
d.      Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia
Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau peraturan perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh kepedulian masyarakat.
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan/ seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Seleksi              : 
 meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonimi  masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang harus tersedia.
Pengadaan         :
               meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan serta melakukan jaminan mutu.
Distribusi           : 
meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan
Penggunaan       : 
pelayanan farmasi.

Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat  untuk menggalang keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional yang diperlukan untuk mengatasinya.

C.    Jalur atau tipe order Pemberian Obat
Jalur pemberian obat tergantung pada bentuk obat dan efek yang diharapkan,serta kondisi fisik dan mental klien.
Per Oral, melalui mulut masuk saluran intestinal (lambung), penyerapan obat melalui membran mukosa pada lambung dan usus memberi efek sistematik Jalur oral merupakan jalur yang termudah dan paling sering digunakan.Obat diberikan melalui mulut dan ditelan dengan bantuan cairan.Obat oral memiliki onset kerja yang lebih lambat dan efek yang lebih lama daripada pemberian parenteral.Klien biasanya memilih jalur pemberian oral.
Sublingual, dimasukkan dibawah lidah, penyerapan obat melalui membran mukosa, memberi efek sistemik
Parenteral(injeksi), melalui selain jalan lambung dengan merobek beberapa jaringan, antara lain:
a. Intravena, masuk melalui pembuluh darah balik (vena), memberikan efek sistematik
b. Intrakardia, menembus jantung, memberi efek sistemik
c. Intrakutan, menembus kulit, memberi efek sistemik
d. Subkutan,dibawah kulit, memberi efek sistemik
e. Intramuskular, menembus otot daging, memberi efek sistemik
Intraokular, diteteskan pada mata, memberi efek lokal
Intranasal, diteteskan pada lubang hidung, memberi efek lokal
Aural, diteteskan pada lubang telinga, memberi efek lokal
Intrarespiratoral, inhalasi berupa gas masuk paru-paru, memberi efek lokal
Rektal, dimasukkan kedalam lubang dubur, dapat memberi efek lokal atau sistemik
9 Vaginal, dimasukkan kedalam lubang kemaluan wanita, memberi efek lokal
10 Uretral, dimasukkan kedalam saluran kencing, memberi efek lokal

D.    Syarat dan Komponen Pemberian Obat
Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh perawat. Perawat harus memberikan perhatian penuh dalam mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas lain ketika memberikan obat.perawat menggunakan “ lima benar” pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang aman. Lima benar pemberian obat sebagai berikut :
1.      Benar Obat
2.      Benar Dosis
3.      Benar Klien
4.      Benar Rute Pemberian
5.      Benar Waktu

1.  BENAR OBAT
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat membandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Perawat melakukan ini 3x yaitu :
1.      Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
2.      Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan dari wadahnya.
3.      Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat penyimpanan
Perawat hanya memeberikan obat yang dipersiakpkan. Jika terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung jawab terhadap efek obat. Pada kebanyakan kasus, intsruksi obat telah diubah. Namun,pertanyaan klien bisa mengungkap suatu kesalahan. Perawat harus tidak boleh memberikan obat tersebut sampai program dokter dipriksa kembali. Obat dosis tunggal dan obat yang belum dikemas dapat dikembalikan ketempat penyimpanan, jika belum dibuka.

2 BENAR DOSIS
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, resiko kesalahan meningkat pada situasi ini, perawat harus memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan oleh perawat lain. Setelah menghitung dosis, perawat menyiapkan obat dengan menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya melakukan perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan didapur dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ), perawat harus yakin bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet dapat dibagi 2 dengan menggunakan sisi pisau atau dengan membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian obat secara berurutan, namun hanya jika bagian ke2 telah kembali dikemas dan dilabel. Alat penghancur harus selalu dibersihkan secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan. Obat yang dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam jumlah yang sangat sedikit.

3.  BENAR KLIEN
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan kepada klien yang benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit atau lingkungan perawatan lain sering  bertanggung jawab untuk memberikan obat pada banyak klien. Untuk  mengidentifikasi klien dengan tepat, perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien, perawat sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa respons klien menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar. Hal ini sangat penting bahkan jika perawat telah merawat klien selama beberapa hari. Supaya klien tidak merasa tidak nyaman, perawat dapat mengatakan bahwa dalam memberikan obat secara rutin perawat harus meidentifikasi nama klien.
4. BENAR RUTE PEMBERIAN
Ketika sebuah intruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengkonsultasikannya kepada dokter. Demikian juga bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting. juga sangat penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari preparat yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan komplikasi, misalnya abses steril atau efek sistemik yang fatal. Perusahaan obat memberi label “hanya untuk injeksi” pada obat-obatan parenteral.

5. BENAR WAKTU
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam 1 hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah. Contoh, diprohgramkan 2 obat, satu q8h ( setiap 8 jam ) dan yang lain tid ( 3 kali sehari ). Ke 2 obat diberikan 3x dalam 24 jam. Tujuan dokter memberikan obat q8h dalam hitungan jam ialah mempertahankan kadar terapeutik obat. setiap institusi memiliki rekomendasi jadwal waktu untuk obat yang harus dengan interval sering. Contoh, obat qid (4x sehari) dapat diberikan pada pukul 08.00, 12.00, 16.00, dan 20.00; obat tid dapat diberikan pada pukul 08.00, 14.00, dan 20.00.
Apabila seorang perawat bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka obat yang harus bekerja  pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan. Misalnya, insulin harus diberikan pada interval yang tepat sebelum makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam menentukan waktu pemberian yang tepat. Banyak klien yang dirawat memilih tidur lebih awal dari pada yang biasa mereka lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah prosedur dapat menggangu tidur klien, sebaiknya pemberian obat ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat memperolah manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila perawat menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek anal gesik mungkin tidak cukup. Perawat mungkin perlu meminta dokter menambah analgesik prn.



E.     ASKEP PEMBERIAN OBAT
1.      Pengkajian
Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tarapi obat dan respon potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.
Riwayat medis
Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap terapi obat. Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang klien mengalami ulkus lambung cenderung mengalami perdarahan maka senyawa yang mengandung aspirin atau antikoagulasi akan meningkatkan kemungkinan perdarahan. Riwayat pembedahan klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan. Contoh, setelah tiroidektomi , seorang klien membutuhkan penggantian hormon.
Data obat
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja, tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat. Beberapa sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui sebanyak mungkin informasi tentang obat yang diberikan. Banyak mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu atau buku yang memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai rujukan cepat.
Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien terhaadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan pada obat. Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya tentang obat,khususnya jika klien mengalami ketergantungan obat. Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.

2.      Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien, kemampuannya dalam menggunakan obat secara mandiri, dan pola penggunaan obat.
Contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk terapi obat.
Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan :
1.       Kurang informasi dan pengalaman
2.      Keterbatasan kognitif
3.      Tidak mengenal sumber informasi
Ketidakpatuhan tehadap terapi obat yang berhubungan dengan :
1.      Sumber ekonomi yang terbatas
2.      Keyakinan tentang kesehatan
3.      Pengaruh budaya
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan :
1.       Penurunan kekuatan
2.       Nyeri dan ketidaknyamanan
Perubahan sensori atau persepsi yang berhubungan dengan :
1.      Pandangan kabur
Ansietas yang berhubungan dengan :
1.      Status kesehatan yang berubah atau terancam
2.      Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam
3.      Pola interaksi yang berubah atau terancam
Gangguan menelan yang berhubungan dengan :
1.      Kerusakan neuromuscular
2.      Iritasi rongga mulut
3.      Kesadaran yang terbatas
Penatalaksanaan program terapiutik tidak efektif yang berhubungan dengan :
1.      Terapi obat yang kompleks
2.      Pengetahuan yang kurang
                                                             
3.      Perencanaan
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan bahwa tehnik pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan untuk menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat merencanakan untuk menggunakan semua sumber  pengajaran yang tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif dan mengidentifikasi faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang membuat klien tidak mampu dengan konsisten menggunakan obat secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang membuatnya sulit pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan lain,bekerja sama mencari jalan keluar untuk masalah ini sebelum klien dipulangkan. Apabila klien baru didiagnosis dan membutuhkan obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat data merujuk klien untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara perawatan kesehatan di rumah dapat membantu klien menyusun jadwal pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas di rumah.
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri maupun perawat bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut harus dicapai :
1.             Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang digunakan.
2.             Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan.
3.             Klien dan keluarga memahami terapi obat.
4.             Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.

4. Implementasi
Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang aman dan efektif.Intervensi dilakukan dengan menyiapkan obat secara cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi klien penyuluhan. Setiap kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format atau label obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan transkripsi, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dibatasi. Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered nurse) membandingkan semua program yang ditranskripsi dengan program yang asli untuk memastikan keakuratan dan kelengkapannya. Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat bertanggung jawab secara hukum.

5.      Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat secara berkesinambungan. Untuk melakukan ini,perawat harus mengetahui kerja terapiutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap obat. Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien mengkonsumsi beberapa obat. Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan sambil memenuhi sasaran keperawatan yang ditetapkan, perawat melakukan langkah-langkah evaluasi untuk mengidentifikasi hasil akhir yang aktual.
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang terkait dengan rute pemberian obat :
1.             Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat,  atau perdarahan di tempat injeksi.
2.             Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi.
3.             Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada klien.
4.             Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.


F.     KESALAHAN PENGOBATAN
Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat klien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang tepat
- Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam pembuatan resp, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan pemberian obat
- Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus dirancang supaya ada sebuah sistem pemeriksaan dan keseimbangan, hal ini akan membantu mengurangi kesalahan pengobatan.
- Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan. Pada catatan status klien, harus ditulis obat apa yang telah diberikan kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang dilakukan untuk menetralkan obat.
- Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden tersebut
- Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau menjadi dasar untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan terjadinya kesalahan.
Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien,perawat harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ;
(1) seorang perawat harus teliti membaca label obat. Banyak obat atau produk tersedia dalam kotak, warna dan bentuk yang sama.
(2) Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis tunggal.Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal. Intervensi yang salah terhadap program obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi berlebihan.
(3) Mewaspadai obat-obatan yang bernama sama.Banyak nama obat terdengar sama misalkan digoksin dan digitoksin, keflex dan keflin, orinase dan ornade.
(4) Mencermati angka di belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam jumlah yang merupakan perkalian satu sama lain. Contoh, tablet cournadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg, thorazine dalam spansules (sejenis kapsul) 30 dan 300 mg.
 (5) Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan. Kebanyakkan dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat memantau efek terapiutik dan responnya.
 (6) Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan, konsultasikan kepada sumbernya. Jika dokter juga tidak lazim dengan obat tersebut,maka risiko pemberian dosis yang tidak akurat menjadi masalah lebih besar.
(7) Jangan memberikan obat yang diprogramkan dengan nama pendek atau singkatan tidak resmi. Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi untuk obat yang sering diprogramkan. Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal nama tersebut, obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
(8) Jangan berupaya ubtuk menguraikan dan mengartikan tulisan yang tidak dapat dibaca. Apabila ragu, sebaiknya menanyakan kepada dokter. Kesempatan terjadinya salah interpretasi sangat besar, kecuali jika perawat mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
 (9) Kenali klien yang memiliki nama akhir sama dan juga minta klien menyebutkan nama lengkapnya atau perawat bisa mencermati nama yang tertera pada tanda pengenal. Seringkali, satu atau dua orang klien memiliki nama akhir yang sama atau mirip. Label khusus pada kardeks atau buku obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang potensial.
(10) Perawat juga mencermati ekuivalen. Saat tergesa-gesa, salah membaca ekuivalen mudah terjadi. Contoh,dibaca miligram padahal mililiter.
G.    PENGHITUNGAN DOSIS OBAT

Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis. Rumus berikut dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam benuk padat atau cair :
Dosis yang diprogramkan    x      Jumlah yang tersedia
Dosis yang tersedia                      = Jumlah yang akan diberikan
     Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diresepkan dokter untuk seorang klien. Dosis yang tersedia adalah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang di suplay oleh farmasi. Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau jumlah obat yang mengandung dosis yang tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah yang tersedia
Contoh : dokter mengintruksikan kilen diberi versed 2,5 mg IM, berari dosis yang di programkan adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5 mg / 1 ml, berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. Rumus diaplikasikan sebagai berikut :

2,5 mg  x  1 ml = volume yang diberikan dalam mili liter
5 mg                    

Untuk menyederhanakan pecahan, bagi pembilang dan penyebut dengan 2,5 :
     ½ x 1 ml = 0,5 ml untuk diberikan.

Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. Pada situasi ini, rumus tetap dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah “suspensi eritromisin 250 mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100 ml dan pada label tertera, “ 5 ml mengandung 125 mg eritromisin”.

     250 mg   x 5 ml = volume yang akan diberikan
     125 mg                       

Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian :
     2 x 5 ml = 10 ml untuk diberikan.

Apabila perawat mengkalkulasi berdasarkan 100 ml yang tersedia, kesalahan berikut akan terjadi :

     250 mg            x 100 ml = 200 ml yang akan diberikan
     125 mg                       

Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x lebih besar dari yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama profesional lain, jika jawaban tampak tidak masuk akal

DOSIS PEDIATRIK
Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Pada kebanyakan kasus dokter menghitung dosis yang aman untuk anak sebelum memerogramkan obat. Namun perawat harus mengetahui rumus yang digunakan untuk menghitung dosis pediatrik dan memeriksa kembali semua dosis sebelum obat diberikan. Kebanyakan referensi obat memuat daftar rentang normal obat pediatrik. Metode penghitungan obat pediatrik yang paling akurat didasarkan pada area permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat tubuh. Nomogram standar atau grafik menggambarkan area permukaan tubuh berdasarkan berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio area ppermukaan tubuh anak dibdandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa ( 1,7 m persegi atau 1,7 m² ).

Dosis anak =        area permukaan tubuh anak x dosis dewasa normal
                             1,7 m persegi                          

Contoh, seorang dokter memprogramkan ampicilin untuk seorang anak dengan berat 12kg, tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250mg. Grafik numogram menunjukan bahwa seorang anak dengan bera 12 kg memiliki permukaan tubuh seluas 0,54 m².

                 Dosis Anak = 0,54  x  250 mg
                                       1,7
Satuan m² dihapus dan dapat diabaikan.

                 Dosis anak = 0,54  x  250 mg
                                      1,7
Dosis anak = 0,3 x 250 mg = 75 mg








BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien  yang memiliki masalah ksehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannnya dengan benar serta berdasarkan pengetahuan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling tepat untuk memberikan obat dan meluangkan sebagian besar bersama klien.Hal ini membuat perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon klien terhadap pengobatan,memberikan pendidikan untuk klien dan keluarga tentang pengobatan dan menginformasikan dokter kapan obat efektif,tidak efektif,atau tidak lagi dibutuhkan. Perawat bukan sekedar memberikan obat kepada klien.Perawat harus menentukan apakah seorang klien harus menerima obat pada waktunya dan mengkaji kemampuan klien untuk menggunakan obat secara mandiri.Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengintegrasi terapi obat ke dalam perawatan.







DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar